(Peer Group Discussion VI BKM PII)
Bagi
para peserta yang telah kerap mengikuti kegiatan-kegiatan PII, diskusi
bulanan BK Mesin PII mungkin tidak dianggap istimewa. Tetapi buat kalangan luar, apalagi awam, diskusi-diskusi di PII selalu inspiring dan memberikan optimisme.
Simak misalnya diskusi mengenai
gas HHO sebagai bahan bakar hidrogen. Mengutip Jules Verne,”Saya yakin
bahwa suatu hari air akan digunakan sebagai bahan bakar bahwa hidrogen
dan oksigen yang menyusunnya, digunakan sendiri-sendiri atau
bersama-sama, akan menjadi sumber panas dan cahaya yang tidak ada
habisnya, dengan daya yang batu bara tak mampu menghasilkannya.”
Maka, air biasa kini sudah bisa digunakan (dibakar) pada mesin internal combustion engine (ICE) atau turbin dengan mengolahnya menjadi bahan bakar (fuel on-demand), saat itu juga (real time),
tanpa transportasi atau tabung penyimpanan hidrogen cair yang
terkompresi, alkali kaustik, garam-garam katalis, atau hibrida logam.
Senin 21 Juni 2012, BKM PII kembali melaksanakan diskusi Peer Group Discussion bulanan, kali ini bekerjasama dengan Kementrian Perindustrian dan bertempat di kantor Kementerian Perindustrian.
Peer Discussion kali ini dibuka oleh Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi,
Dr. Ir. Budi Darmadi MSc. Dalam sambutannya disampaikan bahwa diskusi
yang diselenggarakan ini sangat penting dan bermanfaat bagi segenap pemangku kepentingan. Kerjasama
semacam ini dengan asosiasi profesi terasa lebih menyentuh akar
permasalahan yang akan dibahas. Biasanya asosiasi profesi lebih terbuka
dalam menyampaikan permasalahan dan dalam berkomunikasi tidak sungkan, apa adanya.
Sebagai Keynote Speaker adalah WakilKetua Umum BKM-PII, Ir. Bambang Purwohadi, Msi, MT, dengan paparan berjudul; "Menggalang kemitraan Triple Helix ABG untuk Kebangkitan Industri Mesin dan Konsep Pemikiran 3 Road Map Kebangkitan Industri mendukung MP3EI".
Dalam paparannya Bambang Purwohadi menyampaikan antara lain Usulan 3 Road Map Kebangkitan Teknologi dan Industri Mesin mendukung MP3EI, yakni :
· R
1. Road map jangka pendek (1-3 tahun) yaitu, Kebangkitan serta penataan
Jejaring Kemitraan dan infrastruktur Industri Permesinan Nasional.
· R
2. Road map jangka menengah (3-6 tahun, yaitu, Pengembangan Inovasi
Teknologi Bersifat terobosan dan perkuatan infrastruktur Industri .
3. Road map jangka panjang (6-12 tahun), yaitu, Mewujudkan keunggulan komersial industri lokal serta infrastruktur Teknologi unggulan masa depan.
Diskusi
dipilah dalam empat sesi, menampilkan sejumlah paparan dan makalah.
Setelah sesi pertama yang merupakan pengantar dan demo peralatan hasil
inovasi teknologi para insinyur, sesi kedua menampilkan paparan berjudul
Hydrogen Power Energy, Pengembangan Engine Pengganti Bajaj, Persaingan
Industri Dirgantara, Aviation School, dan presentari Kemenperin tentang
Komersialisasi Sepeda Motor Hibrida.
Pada Sesi ketiga, M. Sinivasan memaparkan kajian mengenai Posisi Indonesia Menghadapi China dan India. Lalu Ir. A.Safiun mempresentasikan paparan mengenai Industri Pengecoran Logam . Kemudian ”Peran Badan Kerjasama Teknik Mesin (BKSTM) Mendorong Kebangkitan Industri Mesin Nasional”, oleh Sekjen BKSTM, Prof. Dr. Mulyadi Bur. Dan Ir. Kusnan Nuryadi, IPU, ACPE, menyampaikan presentasi bertajuk "Mengatasi Hambatan Industri Teknologi Monorail Lokal untuk Angkutan Dalam Kota".
Pada
sesi terakhir, Wakil Ketua CEIPS - PII / BAPPENAS, Dr. Ir. Mesdin
Simarmata, MSc. memaparkan "Sinergi Litbang Model Triple Helix". Kemudian Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI membawakan paparan berjudul "Peran Kementerian Keuangan dalam Mendukung Pembiayaan Investasi Industri Hijau."
Sedangkan Dr. Ir. Erzi Agson Gani, M.Eng selaku
Deputi Ketua BPPT Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun Dan Rekayasa
memaparkan "Institut Desain Indonesia untuk Mendorong Pertumbuhan
Industri Mesin dan Manufaktur Lokal".
PEER DISCUSSION V KEMENHUB
Sebagaimana
diketahui, sebulan sebelumnya BKM PII mengadakan diskusi Peer Group
Discussion bulanan kelima, di Balitbang Kemenhub, Jakarta, 24/5/12. Dalam kesempatan itu dikatakan, kemacetan di berbagai kota besar Indonesia menyebabkan dampak kerugian Rp. 46 trilyun per tahun.
Ir. Krishnahadi Pribadi, MSc., PhD. dan Ir. Didiek Pudyabawaleksana, MT mengawali paparannya, bahwa Indonesia memerlukan sistim transportasi darat kecepatan tinggi, >200 km/jam, untuk dapat menangani volume material (ton.km/tahun) dan penumpang agar dapat menangani pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 25 tahun mendatang.
Sementara, paradigma dan Strategi Sistranas Darat, khususnya kereta api, hingga sekarang masih mempertahankan kecepatan maksimum 100km/jam atau rata-rata 60 km/jam. Hal ini dipastikan akan menjadi bottle-neck pertumbuhan ekonomi bila MP3EI dilaksanakan sesuai rencana.
Untuk itu Ir. Krishnahadi dan Ir. Didiek mengusulkan Maglev: Magnetic Levitation, atau pelayangan magnetis. Maglev adalah wahana transport berbasis aplikasi medan magnet.
Wahananya tidak menyentuh rel, tetapi melayang pada suatu jarak di atas rel secara terkendali dan stabil. Maglev Sangat ramah lingkungan; kebutuhan serta biaya pemeliharaannya sangat rendah; dan dapat bergerak sampai dengan 500 km per jam.
Kecepatan menengah dan tinggi dapat meningkatkan volume trafik dengan
faktor 10x tanpa meningkatkan pemakaian lahan. Dapat diintegrasikan
dengansistim kereta-api yang ada atau dengan sistim jalan tol di dalam
transportasi multi-moda.
Konsumsi energi sangat rendah, 1/5x dari mobil dan truk; 1/3x
kereta api biasa. Biaya pemeliharaan dan pengopersian yang sangat
rendah karena tidak ada gesekan roda. Biaya Investasi tak lebih dari
pembiayaan kereta-api biasa atau jalan tol.
Diskenariokan, proyek Maglev akan dimulai pada 2013, dikoordinasi oleh BKM-PII. Dirancang dan diproduksi oleh anak-anak bangsa. Biaya investasi antara USD10 juta s/d USD15 juta per kilometer, sama dengan monorail.
Biaya infrastruktur rel juga murah. Dengan sistim Hibrid, Maglev menggunakan teknologi Mesin Torak Bebas (MTB) Generator, bahan bakar gas (LPG atau CNG) dan Hidrogen.
Tiga Pilot Project telah dipiliah: Yogya – Solo dan Merak – Jakarta, Tol Jakarta-Cikampek, dan Proyek Nasional Trans Jawa-Madura serta Trans Sumatera
Dalam
sesi terpisah, Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi BPPT
memaparkan “Teknologi Alternatif Tongkang Dorong Sebagai Angkutan
Batubara Hemat Energi”. Sebagaimana diketahui, sistem transportasi batubara saat ini: satu tongkang ditarik oleh satu tugboat.
Tongkang
Dorong memiliki banyak keuntungan dibanding tongkang tarik. Tongkang
Dorong dapat bergerak manuver maupun berhenti dengan tenaga sendiri,
dapat mengontrol arah gerakannya sendiri, sedang tongkang tarik kadang
dapat bergerak zig-zag, sulit dikontrol.Pada Kapasitas ukuran dan
kecepatan yang sama tongkang dorong memerlukan tenaga penggerak yang
lebih kecil. Dan tugboat nya dapat beroperasi saat tongkang bongkar
muat.
Perbedaan
penggunaan bahan bakar 0.4 s/d 2.8 ton/hari. Penghematan Bahan Bakar
mencapai 80 – 640 ton atau 1.3 s/d 9.6 milyar Rupiah /tahun. (Dedy/BKM)
0 komentar:
Posting Komentar