Badan Kejuruan Mesin Persatuan Insinyur Indonesia (BKM-PII) telah
melaksanakan Konvensi Nasional Insinyur Mesin VIII-2011 pada tanggal
26-27 Oktober 2011 di Hotel Bidakara Jakarta. Konvensi mengusung tema : "
Menuju Industri Berteknologi Ramah Lingkungan, Inovatif dan Berdaya
Saing". Rangkaian acara kegiatan meliputi Konvensi BKM-PII sebagai forum
alih generasi kepemimpinan BKM-PII, Seminar Nasional, dan Pameran
Teknologi yang diikuti berbagai perusahaan industri/konstruksi nasional.
Agenda
Konvensi adalah antara lain penilaian kinerja dan pertanggungjawaban
Pengurus BKM-PII 2008-2011, pengesahan laporan keuangan, dan pemilihan
Ketua Umum BKM-PII masa bakti 2011-2014.
Sebagai kata sambutan
pad kesempatan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PII, Ir. Boby
Gafur Umar, sekaligus membuka acara Konvensi Nasional Insinyur Mesin
VIII-211 secara resmi yang ditandai dengan pemukulan gong. Sebagai
Keynote Speech yang tampil pada Konvensi nasional Insinyur Mesin adalah
Ir. Iman Taufik
Dalam pemilihan Ketua Umum BKM-PII 2011-2014 yang
berjalan dengan lancar, terpilih kembali Dr. Ir. Budhi Mulyawan Suyitno,
IPM sebagai Ketua Umum BKM-PII untuk masa bakti 2011-2014.
Seminar
Nasional yang diselenggarakan pada Konvensi nasional Insinyur Mesin
VIII, secara paralel pada tiga sektor yang berbeda yaitu ; Pertambangan
dan Energi, Jasa Konstruksi, dan Industri yang berteknologi ramah
lingkungan yang terdiri dari 12 program seminar dengan 40 paparan/paper.
Dalam
sambutannya Ketua Umum BKM-PII menyampaikan bahwa tema yang diusung
pada Konvensi kali ini tema yang sedang trendy, berorientasi kepada
kepedulian lingkungan dan pelestarian alam, Tema ini mengingatkan kita
kepada pendapat para ilmuwan bahwa keanekaragaman hayati hutan dan
lautan nusantara ini nomor 1 di dunia. Memang kalau kekayaan hutan saja
kita kalah dengan Amazon di Barzil, tetapi kombinasi hutan dan lautan
membuat nusantara tidak tertandingi.
Dalam laporan singkatnya
Ketua Umum BKM melaporkan beberapa program yang telah terlaksana, atara
lain ; perkembangan sertifikasi insinyur profesional dari tahun ketahun
oleh BKM, kerjasama dengan lembaga-lembaga lain seperti dengan BSN
dibidang standar.
Khusus dibidang standar, beliau berkeinginan
suatu saat BKM-PII layaknya seperti ASTM yang melalui standarnya mampu
mendikte industri manufaktur dan teknologi permesinan di pasar bebas.
Peluang itu ada, melalui pembenahan kebijakan keluar dan kedalam
organisasi.
Keluar maksudnya membuka kerjasama seluas-luasnya,
baik dengan kementrian , lembaga pemerintah, swasta dan organisasi
profesi sejenis dari dalam ataupun luar negeri. Kedalam maksudnya kita
harus berani melakukan reorientasi visi & misi, arah kebijakanm
sasaran program. Selain itu dilanjutkan dengan restrukturisasi
organisasi yang adaptive terhadap dinamika kelembagaan.
Yang juga
menarik disampaikan pada kesempatan Konvensi kali ini adalah sumbangan
pemikiran untuk penyenyelenggaraan Konvensi nasional Insinyur Mesin
VIII-2011 ini dari Mantan Ketua Umum BKM-PII (1993-1999), Dr. Ir. Giri
Suseno hadihardjo, IPU.
Beliau menyampaikan bahwa sebagai insinyur
mesin, kita cenderung melihat permasalahan yang kita hadapi secara
rasional dan straight forward, sehingga penyelesaian yang kita lakukan
memberi dampak langsung kepada penyelesaian permasalahan itu.
Pendekatan penyelesaian permasalahan semacam ini benar tetapi ada
kemungkinan menimbulkan persoalan di tempat yang lain dan juga pada
jangka panjang.
Sebagai contoh, pengembangan energi alternatif
untuk keperluan otomotif menjamin bahwa kelangsungan penggunaan
otomotif untuk mengatasi kebutuhan transportasi kita akan dapat tetap
dilakukan bahkan dikembangkan. Tetapi bila pandangan ini yang kita anut
dapat muncul permasalahan lain.
Semisal, kepadatan lalu lintas
akan makin tinggi yang mengakibatkan kemacetan akan terjadi. Ini
mendorong untuk membangun jaringan jalan baru, yang pada gilirannya
akan menimbulkan dampak berupa konversi lahan karena tumbuhnya kegiatan
di sepanjang jaringan jalan itu. Bahaya yang dapat timbul adalah
terpakainya lahan tempat produksi pangan sehingga mengakibatkan
menurunnya kemampuan menghasilkan pangan.
Bila ini terjadi maka
persoalan baru timbul yaitu kekurangan pangan. Para insinyur mesin
dapat menjawab melalui intensifikasi produksi pangan dengan mekanisasi,
pompanisasi untuk mendapatkan air dari dalam tanah, serta penggunaan
pupuk serta pestisida kimia.
Bila ini dilakukan dapat timbul
persoalan baru yaitu menurunnya muka air tanah yang dapat mengakibatkan
kerusakan lahan yang parah, disamping rusaknya lingkungan karena
penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Permasalahan kedua, masih terkait
dengan penyediaan pangan. Lahan-lahan yang digunakan untuk menghasilkan
bahan baku untuk energi alternatif (seperti untuk biodiesel,
etanol,dsb) tentu juga akan mengurangi lahan pertanian untuk pangan.
Contoh
yang dikemukakan di atas tidak dimaksudkan untuk menghentikan berbagai
temuan dan pengembangan teknologi baru untuk mengatasi kebutuhan kita,
tetapi dimaksudkan sebagai ajakan agar para Insinyur Mesin Indonesia
untuk berpikir dan berinovasi secara lebih bijak, komprehensif dan
holistik.
0 komentar:
Posting Komentar